Jumat, 18 Mei 2012

KH. A. Musthofa Bisri


Dibilang kagum, saya memang mengagumi sosok salah satu budayawan kondang yang humoris ini. Selain bapak D. Zawawi Imron yang kerap hadir di kampus UIN Malang, saya adalah pengagum berat penyair-penyair religius lainnya, dan salah satunya adalah KH. A. Musthofa Bisri ini. Mengapa? Ada sekian alasan yang bisa saya jelaskan meskipun tidak rinci.



Pertama, karena beliau memiliki pengetahuan agama yang luas dan bukan orang liberalis yang terlalu mengedepankan logika dalam memutuskan sesuatu. Pengetahuan agama sangatlah menentukan reputasi dan kedudukan seseorang baik di mata masyarakat. Tidak hanya itu, meskipun beliau memiliki ilmu yang luas dalam hal agama bukan berarti meninggalkan untuk mengamalkannya. Kerendahan hati dan kepedulian beliau terhadap bangsa sangat kentara dalam pidato dan karya-karyanya.


Kedua, saya kagum terhadap gambaran bangsa yang terlukis dalam benak beliau dan terekam dalam bait-bait puisi. Sebenarnya Gus Mus sangat mencintai bangsa ini segenap hati, bila tidak mana mungkin beliau menjadi seorang sastrawan dan menyampaikan nyeri hatinya mengenai keterpurukan bangsa ini. Tidak mudah menemukan orang yang mencintai bangsa dan peduli terhadap masyarakatnya di tengah zaman amburadul seperti ini. Terlebih lagi gempuran media terhadap image bangsa Indonesia turut bersumbangsih dalam membuat perspektif negatif di masyarakat. Perspektif bahwa bangsa ini seakan sudah tak ada harapan lagi untuk kembali ke shiratal mustaqim dan menjadi bangsa yang makmur. Namun, melihat bagaimana Gus Mus membangun etika melalui estetika benar-benar membuat saya menambah nilai plus untuk setiap karyanya.


Ketiga, saya selalu kagum terhadap budayawan manapun. Seperti Emha Ainun Najib, D. Zawawi Imron, Ahmad Tohari, Gus Mus dll. Beliau-beliau selalu membuat saya kembali membuka mata dan tidak egois memikirkan masa depan demi kenyamanan sendiri tanpa mengingat keadaan bangsa sedikitpun. Tutur-tutur beliaulah yang membuat saya selalu ingin memberikan kekuatan lebih demi bangsa dan mengembalikan nilai bangsa yang sempat tergilas roda globalisasi. 


Keempat, saya belum pernah ketemu dan berbincang langsung dengan Gus Mus. Makanya saya kagum, mungkin kalau pernah ketemu dan ngobrol bareng beliau, saya akan jadi super kagum. hehehehe...


Malang, 18 Mei 2012
My Black Edition

1 komentar: